Manusia berinteraksi dengan
dunia luar melalui informasi yang diterima dan dikirim melalui saluran Input
Output. Indera yang berhubungan & berkaitan pada Input Output yaitu
penglihatan, pendengaran, sentuhan
Input manusia : panca indera (mata, telinga, hidung, lidah, kulit).
Output manusia : kontrol motor dan efektor.
Efektor : jari-jari, mata, kepala, anggota badan (tangan dan kaki) dan
sistem vokal.
Yang sangat
berperan : jari-jari.
Mata manusia
digunakan untuk menghasilkan persepsi yang terorganisir akan gerakan, ukuran,
bentuk, jarak, posisi relatif, tekstur dan warna. Dalam dunia nyata, mata
selalu digunakan untuk melihat semua bentuk 3 dimensi. Dalam sistem komputer
yang menggunakan layar 2 dimensi, mata kita dipaksa untuk dapat mengerti bahwa
obyek pada layar tampilan, yang sesungguhnya berupa obyek 2 dimensi, harus
dipahami sebagai obyek 3 dimensi dengan teknik-teknik tertentu. Beberapa hal
yang mempengaruhi mata dalam menangkap sebuah informasi dengan melihat :
a. Luminans (Luminance)
Adalah banyaknya
cahaya yang dipantulkan oleh permukaan objek. Semakin besar luminans dari
sebuah objek, rincian objek yang dapat dilihat oleh mata juga akan semakin
bertambah. Diameter bola mata akan mengecil sehingga akan meningkatkan
kedalaman fokusnya. Hal ini ditiru oleh lensa pada kamera ketika apertur-nya
diatur. Bertambahnya luminans sebuah obyek atau layar tampilan akan menyebabkan
mata bertambah sensitif terhadap kerdipan (flicker)
b. Kontras
Adalah hubungan
antara cahaya yang dikeluarkan oleh suatu objek dan cahaya dari latar belakang
objek tersebut. Kontras merupakan selisih antara luminans objek dengan latar
belakangnya dibagi dengan luminans latar belakang. Nilai kontras positif akan
diperoleh jika cahaya yang dipancarkan oleh sebuah objek lebih besar dibanding
yang dipancarkan oleh latar belakangnya. Nilai kontras negatif dapat
menyebabkan objek yang sesungguhnya “terserap” oleh latar belakang, sehingga
menjadi tidak nampak. Dengan demikian, obyek dapat mempunyai kontras negatif
atau positif tergantung dari luminans obyek itu terhadap luminans latar
belakangnya.
c. Kecerahan
Adalah tanggapan
subjektif pada cahaya. Luminans yang tinggi berimplikasi pada kecerahan yang
tinggi pula. Kita akan melihat suatu kenyataan yang ganjil ketika kita melihat
pada batas kecerahan tinggi ke kecerahan rendah.
d. Sudut dan Ketajaman
Penglihatan
Sudut
penglihatan (visual angle) adalah sudut yang berhadapan oleh objek pada mata.
Ketajaman mata (visual acuity) adalah sudut penglihatan minimum ketika mata
masih dapat melihat sebuah objek dengan jelas. Gambar diatas menunjukkan sebuah
objek yang mempunyai tinggi L dan jarak dari mata pengamat adalah D. Sudut
penglihatan yang dibentuk : φ = 120 tan-1 L 2D
Nilai persamaan
diatas biasanya sangat kecil, sehingga biasanya dinyatakan dalam satuan menit
atau detik busur. Sudut penglihatan yang nyaman bagi mata adalah 15 menit Dalam
penglihatan yang buruk dapat dinaikkan sampai 21 menit. Hal ini dapat
diekuivalenkan dengan ketika kita melihat obyek setinggi 4.3 mm dan 6.1 mm pada
jarak 1 meter.
e. Medan Penglihatan
Adalah sudut
yang dibentuk ketika mata bergerak ke kiri terjauh dan ke kanan terjauh, yang
dapat dibagi menjadi 4 daerah :
Daerah pertama
(penglihatan binokuler)
Tempat kedua
mata mampu melihat sebuah obyek dalam keadaan yang sama
Daerah kedua
(penglihatan monokuler kiri)
Tempat terjauh
yang dapat dilihat oleh mata kiri ketika mata kiri kita gerakkan kesudut paling
kiri
Daerah ketiga
(penglihatan monokuler kanan)
Tempat terjauh
yang dapat dilihat oleh mata kanan ketika mata kiri kita gerakkan ke sudut
paling kanan
daerah keempat ( Daerah buta)
yakni daerah yang sama sekali tidak dapat dilihat oleh kedua mata
Besarnya daerah
atau medan penglihatan dinyatakan dalam derajad, dapat bervariasi tergantung
gerakan mata dan kepala yaitu : kepala dan mata keduanya diam, kepala diam mata
bergerak, dan keduanya bergerak.
f. Warna
Warna merupakan
hasil dari cahaya dimana cahaya merupakan perwujudan dari spectrum
elektromagnetik. Jika panjang gelombang berada pada kisaran 400 – 700 nm,
luminans konstan dan saturasinya (jumlah cahaya putih yang ditambahkan) dijaga
tetap, seseorang yang mempunyai penglihatan warna normal mampu membedakan kira-
kira 128 warna yang berbeda.
Banyaknya warna
yang dapat dibedakan satu dengan yang lain bergantung pada tingkat sensitifitas
mata seseorang. Sensitifitas ini tidak merata pada seluruh medan penglihatan
seseorang. Mata dapat membedakan warna secara akurat ketika posisi obyek
membentuk sudut sebesar ą 150 terhadap mata (dengan posisi kepala dan mata
diam).
Dengan warna
manusia mampu membedakan satu objek dengan objek yang lain. Dengan warna
manusia terbantukan dalam mengolah data menjadi informasi. Penggunaan warna
yang sesuai dengan pengguna akan mempertinggi efektifitas tampilan grafis. Jika
warna yang digunakan tidak mengindahkan aspek kesesuaian dengan pengguna, maka
pengguna justru bisa menerima informasi yang salah. Tetapi tidak adanya standar
yang dapat digunakan sebagai acuan resmi tentang penggunaan warna yang bagus,
karena karakteristik orang per orang berbeda dalam hal persepsi tentang warna.
Beberapa aspek
yang perlu diperhatikan dalam menggunakan warna :
1) Aspek Psikologi
a) Hindari penggunaan tampilan
yang secara simultan menampilkan sejumlah warna tajam.Warna merah, jingga,
kuning, dan hijau dapat dilihat bersama – sama tanpa perlu pemfokusan kembali,
tetapi cyan, biru, dan merah tidak dapat dilihat secara serempak dengan mudah.
Pemfokusan kembali mata yang berulang – ulang akan menyebabkan kelelahan
penglihatan.
b) Hindari warna biru murni
untuk teks, garis tipis dan bentuk yang kecil. Mata kita tidak diset untuk
rangsangan yang terinci/kecil, tajam, bergelombang pendek.
c) Hindari warna berdekatan
yang hanya berbeda dalam warna biru. Sudut – sudut yang beda hanya pada
prosentase warna biru akan terlihat sama.
d) Pengamat yang lebih tua
memerlukan aras ketajaman yang lebih tinggi untuk membedakan warna
e) Besarnya perubahan warna
yang dapat dideteksi bervariasi untuk warna yang berbeda. Perubahan kecil dalam
warna merah dan ungu sukar dideteksi dibandingkan dengan warna lain seperti
kuning dan biru – hijau. Selain itu system penglihatan kita tidak siap untuk
merasakan perubahan warna hijau.
f) Hindari warna merah dan
hijau yang ditempatkan secara berseberangan pada tampilan berskala besar. Warna
yang lebih cocok adalah biru dan kuning.
g) Warna yang berlawanan dapat
digunakan bersama – sama. Merah dengan hijau atau kuning dengan biru merupakan
kombinasi yang baik untuk tampilan sederhana. Kombinasi merah dengan kuning
atau hijau dengan biru akan menghasilkan citra yang lebih jelek.
h) Untuk pengamat yang
mengalami kekurangan dalam melihat warna hindari perubahan warna tunggal.
i) Warna akan berubah kenampakannya ketika aras cahaya
sekeliling berubah sehingga tampilan akan berubah ketika cahaya sekeliling
berbeda sangat tajam
2) Aspek Perceptual (persepsi)
a) Persepsi adalah proses
pengalaman seseorang dalam menggunakan sensor warnanya.
b) Diterima tidaknya layar
tampilan warna oleh para pengguna, sangat bergantung ada bagaimana warna
digunakan. Warna dapat meningkatkan interaksi hanya jika implementasinya
mengikuti prinsip dasar dari penglihatan warna oleh manusia.
c) Tidak semua warna mudah
dibaca. Secara umum latar belakang dengan warna gelap akan memberikan
kenampakan yang lebih baik (informasi lebih jelas) dibanding warna yang lebih
cerah
d) Hindari diskriminasi warna
pada daerah yang kecil
3) Aspek Kognitif
a) Jangan menggunakan warna
yang berlebihan karena penggunaan warna bertujuan menarik perhatian atau
pengelompokan informasi. Sebaiknya menggunakan warna secara berpasangan.
b) Kelompokkan elemen – elemen
yang saling berkaitan dengan latar belakang yang sama
c) Warna yang sama membawa
pesan yang serupa
d) Urutkan warna sesuai dengan
urutan spektralnya
e) Kecerahan dan saturasi akan
menarik perhatian
f) Warna hangat dan dingin
sering digunakan untuk menunjukkan arah tindakan. Biasanya warna hangat untuk
menunjukkan adanya tindakan atau tanggapan yang diperlukan. Warna yang dingin
biasanya digunakan untuk menunjukkan statu satau informasi latar belakang.
2. Pendengaran (Hearing)
Pendengaran
dimulai dengan adanya getaran di udara atau gelombang suara. Telinga terbagi ke
dalam 3 bagian :
a. Telinga luar
b. Telinga tengah
c. Telinga
dalam.
Adapun Proses
Suara yaitu mula-mula diubah atau divibrasikan dalam tekanan udara. Beberapa
karakteristik :
Pitch = frekuensi
Loudness = amplitudo suara
Kualitas suara =
tipe suara.
Sistem
pendengaran memfilter (menyaring) dan menyeleksi suara yang diterima
Dengan
pendengaran informasi yang diterima melalui mata dapat lebih lengkap dan
akurat. Pendengaran ini menggunakan suara sebagai bahan dasar penyebaran
informasinya. Manusia dapat mendeteksi suara dalam kisaran frekuensi 20 Hertz
sampai 20 Khertz tetapi batas bawah dan batas atas biasanya dipengaruhi oleh
umur dan kesehatan seseorang. Suara yang berkisar pada frekuensi 1000 – 4000
Hertz menyebabkan pendengaran menjadi lebih sensitif. Selain frekuensi, suara
juga dapat bervariasi dalam hal kebisingan (loudness). Jika batas kebisingan
dinyatakan sebagai 0 dB (decible) maka suara bisikan mempunyai tingkat
kebisingan 20 dB, percakapan biasa mempunyai tingkat kebisingan 50 dB sampai 70
dB. Kerusakan telinga terjadi jika mendengar suara dengan kebisingan lebih dari
140 dB. Suara dapat dijadikan sebagai salah satu penyampaian informasi akan
tetapi hal itu dapat menjadikan manusia cepat bosan sehingga penggunaan suara
dalam antarmuka perlu pemikiran khusus dan seksama.
3. Peraba (Touch)
Kulit adalah indera
manusia yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dari rabaan atau sentuhan
benda terhadap tubuh manusia. Sentuhan ini dikaitkan dengan aspek sentuhan
dalam bentuk media inputan maupun keluaran. Sensitifitas sentuhan lebih
dikaitkan dengan aspek ergonomis dalam sebuah sistem. Feedback dari sentuhan
disini tidak dijadikan sebagai penyaji atau penerimaan informasi, tetapi lebih
ke piranti pendukung seperti model keypad handphone, keyboard, mouse, tempat
duduk user, dsb.
Contoh dalam
penggunaan papan ketik atau tombol, kita akan merasa nyaman bila tangan kita
merasakan adanya sensasi sentuhan. Ketidaknyamanan biasanya disebabkan karena
posisi dan bentuk tombol serta pengoperasian tombol – tombol tersebut
kadang-kadang harus dilakukan penekanan yang cukup berat atau malah terlalu
ringan.
Perabaan dimulai
dari kulit, yang terbagi ke dalam 3 tipe sensor reseptor (penerima) :
a. Thermo receptor = respon
panas/ dingin
b. Noci ceptor = intensitas
tekanan, rasa sakit
c. Mechano receptor = respon
penekanan.
No comments:
Post a Comment